Sejarah Pendirian UKAW
Lahirnya UKAW pada tanggal 4 September 1985, bukanlah peristiwa tunggal atau peristiwa yang berdiri sendiri. Kehadiran UKAW merupakan satu titik atau etape dalam sebuah perjalanan panjang implementasi misi gereja, dalam hal ini Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Gereja Kristen Sumba (GKS) dalam bidang pendidikan tinggi. Latar belakang historis diiktisarkan pada bagian ini untuk memperlihatkan bahwa kedua gereja telah bergelut dengan pengadaan sumber daya manusia (SDM) yang handal sejalan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan, pembangunan dan pembaharuan bangsa Indonesia. Suatu faktor penentu dalam formasi SDM yang berkualitas adalah pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Pada tataran ini, GMIT dan GKS telah memainkan peranan yang sangat berarti, sejak awal abad XX.
Titik awal, peranan GMIT di bidang pendidikan kader intelektual tingkat akademik, ialah pembukaan STOVIL (School Tot Opleiding Voor Inlands Leraars) di kota Baa, Rote tahun 1902, dipelopori oleh Ds. Le Grand. Lembaga pendidikan ini hendak mencetak tenaga-tenaga pendidik pribumi professional baik sebagai guru sekolah maupun guru jemaat sekaligus. Selama 24 tahun di Baa, Rote sekolah ini telah menghasilkan tenaga-tenaga pribumi terdidik untuk membuka dan mengajar di sekolah-sekolah dan jemaat-jemaat di dalam dan di luar pulau Rote.
Selanjutnya, pada tahun 1926, Stovil dipindahkan ke Kupang dan setelah lima tahun berjalan, 1931, ditutup karena siswanya dicurigai terlibat gerakan kemerdekaan. Lima tahun kemudian, 1936, Stovil dibuka lagi di SoE, Timor Tengah Selatan (TTS) sampai pecah Perang Dunia Kedua (PDII), 1942-1945. Selama PDII, sekolah ini ditutup karena pendudukan Jepang memporak-porandakan seluruh lapisan masyarakat jajahan Hindia Belanda. Guru-guru Stovil yang didominasi misionaris Belanda ditangkap dan ditawan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, yang meniupkan angin kebebasan memungkinkan GMIT menyatakan kemandiriannya pada tanggal 31 Oktober 1947. Sebagai gereja yang berdiri sendiri mensyaratkan kemandirian di bidang tenaga sehingga Stovil dibuka kembali di SoE tahun 1949.
Kemudian pada tahun 1952, Stovil SoE diintegrasikan ke Sekolah Tinggi Teologi Makassar untuk Kawasan Indonesia Bagian Timur. Hingga kini GMIT tetap tercatat sebagai salah satu gereja pendiri STT Intim (Indonesia Timur) Makassar itu. Namun karena kebutuhan akan tenaga pribumi semakin meningkat dan mendesak maka pada tahun 1953, Sekolah Guru Jemaat dibuka kembali di SoE. Sekolah ini berlangsung lagi di SoE untuk kedua kalinya selama 10 tahun. Dalam perkembangan lebih lanjut Sekolah ini membutuhkan sumber-sumber dan fasilitas yang tidak sepenuhnya dipenuhi di SoE. Tercatat pula sejumlah pengajar berdiam di Kupang karena berbagai tugas yang perpusat di Kupang sebagai ibu kota Provinsi. Oleh karena itu, kemudian pada tahun 1962, Sekolah Guru Jemaat itu dipindahkan ke Tarus dan ditingkatkan menjadi Sekolah Teologia tingkat diploma, yang dikenal dengan nama Sekolah Theologi Tarus, selama kurun waktu 10 tahun. Sampai di sini SDM yang mengemban tugas pelayanan dan kepemimpinan di lingkungan GMIT berada pada aras pendidikan aras diploma.
Pada pihak Gereja Kristen Sumba (GKS), titik berangkat dimulai dari pembukaan Theologische Opleidings School (TOS) sebagai Sekolah Teologi Pekerja Pribumi, pada tanggal 1 Januari 1924 di Karuni, yang dirintis oleh Krijger. Sekolah ini berlangsung sampai pecah Perang Dunia Kedua (PDII), 1942, ketika Jepang menduduki Indonesia sebagai jajahan Hindia Belanda. Para misionaris Belanda di Sumba ditangkap, disiksa, dipenjarakan dan dibunuh. Dr.H.Bergema sebagai pemimpin TOS waktu itu ditangkap tentara Jepang dan dikirim ke Makassar dan ditawan di sana. Keadaan ini tidak memungkinkan TOS untuk berlanjut, sehingga sekolah ini ditutup selama PDII.
Setelah PDII yang diikuti dengan proklamasi kemerdekaan sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia (1945), memberikan angin segar bagi perkembangan gereja di Indonesia. GKS menyatakan diri sebagai gereja yang berdiri sendiri pada Persidangan Sinode Pertama di Payeti pada tanggal 13-15 Januari 1947. Kemandirian tersebut membutuhkan peranan utama dari tenaga-tenaga gereja pribumi. Oleh karena itu TOS dibuka kembali di Keruni tanggal 22 September 1947. Sekolah ini berlangsung di Keruni lagi selama delapan tahun. Pada tahun 1955, sekolah theologi ini dipindahkan ke Lewa sebagai Sekolah Guru Injil (SGI). Sekolah ini berlangsung di Lewa sampai tahun 1973, selama 18 tahun. Sama halnya dengan GMIT, sekolah ini menghasilkan SDM yang bertaraf pendidikan diploma untuk melayani dan memimpin GKS.
Selanjutnya dalam semangat keakraban oikumenis GKS dan GMIT bersepakat agar Sekolah Teologia aras diploma di Tarus dan Sekolah Guru Injil di Lewa ditingkatkan ke aras akademi dalam satu Akademi Teologi yang diasuh bersama sebagai bentuk sharing and polling of resources. Kesepakatan itu diwujudkan melalui pembukaan Akademi Teologi Kupang (ATK), pada tahun 1971. Perkembangan itu terus berlanjut hingga tahun 1980, ATK ditingkatkan lagi menjadi Sekolah Tinggi Teologi (STT) Kupang.
Ternyata perkembangan atau perubahan itu terus berlanjut, karena yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Tuntutan akan SDM keluaran pendidikan tinggi dalam berbagai bidang, selain teologi, semakin mengedepan. Oleh karena itu, kedua gereja (GMIT dan GKS) sepakat lagi untuk mendirikan sebuah universitas. Realisasi kesepakatan itu ditempuh melalui pengembangan Sekolah Tinggi Teologia (STT) Kupang menjadi universitas. Untuk maksud itu, kedua gereja, GMIT dan GKS membentuk Panitia Studi Kelayakan pada tahun 1984 dengan SK: No.857.A/IV.3/1984. Susunan Personalia Panitia tersebut adalah:
Ketua : I.H.Doko,
Sekretaris : Ir. Umbu Pura Woha,
Bendahara : Dra.ny.A.P.Pello-de Haan,
Anggota : Drs.H.Tiluata, MSc,
Drs.F.B.KoEnunu,
Pdt.B.Fobia MTh,
Pdt.Drs.A.A.Yewangoe,
Pdt.J.A.Adang STh,
Pdt.Drs.M.D.Beeh.
Setelah tugas studi kelayakan diselesaikan maka panitia ini dirubah menjadi Panitia Persiapan Pendirian UKAW (1985) dengan SK: no.123.A/IV.6/1985. Panitia ini berjumlah sembilan orang sehingga penitia ini dikenal dengan nama Panitia Sembilan, yang kemudian populer dengan sebutan Panitia Pendiri UKAW. Kerja keras Panitia dengan bantuan berbagai pihak membuahkan hasil dalam bentuk Surat Ijin Operasional dari Dirjen Dikti nomor 741/Kep.VIII/B.02/1985 tanggal 12 Juli 1985. Sayangnya, 17 hari kemudian, tepatnya tanggal 29 Juli 1985, bapak I.H.Doko sebagai ketua Panitia dipanggil kembali oleh Sang Pencipta. Kedudukan beliau digantikan oleh bapak Robert Riwu Kaho, BSc, sehingga jumlah Panitia Sembilan tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan Surat Ijin Operasional Dirjen Dikti itu, maka UKAW secara resmi dinyatakan berdiri pada tanggal 4 September 1985 dalam satu ibadah pembukaan di Jemaat GMIT, Bet`el Oeba, Kupang.