Kupang, 3 Oktober 2025 – Gelombang digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi sektor perbankan. Pernyataan ini menjadi sorotan utama dalam kuliah umum bertema “Kinerja Perbankan di Era Digitalisasi: Inovasi, Risiko & Tantangan” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang.

Acara yang dihadiri oleh mahasiswa dan akademisi ini menampilkan pakar terkemuka, Prof. Apriani Dorkas Rambu Atahau, S.E., M.Com., Ph.D., dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana dan dimoderasi oleh Dr. Jems Arison Zacharias, SE., M.Si., dosen Fakultas Ekonomi UKAW sebagai moderator.
Kuliah Umum yang berlangsung selama 2 jam lebih ini, dibuka dengan Doa serta Sambutan dari Dekan Fakultas Ekonomi UKAW, Hermyn B. Hina, S.E., M.Si yang hadiri oleh ratusan mahasiswa baik on side maupun out side (Hybrid).

Digitalisasi: Katalis Efisiensi dan Inklusi Keuangan
Dalam pemaparannya, Prof. Apriani menegaskan bahwa pandemi COVID-19 telah bertindak sebagai katalis yang mempercepat adopsi transaksi digital di Indonesia. Bank yang mengadopsi inovasi seperti mobile banking, big data, dan Kecerdasan Buatan (AI) akan menjadi penentu daya saing.
Transformasi ini membawa dampak positif yang signifikan:
- Peningkatan Efisiensi Operasional: Proses yang lebih cepat dan biaya yang lebih rendah.
- Perluasan Inklusi Keuangan: Kemampuan bank menjangkau masyarakat di daerah terpencil.
- Peningkatan Kualitas Layanan: Layanan nasabah yang lebih baik melalui chatbot dan personalisasi.









Ancaman Siber dan Pinjol Ilegal: Risiko di Balik Peluang
Di tengah peluang besar ini, Prof. Apriani juga memaparkan sejumlah risiko dan tantangan yang harus diwaspadai, antara lain:
- Ancaman Keamanan Siber: Perlindungan data nasabah dan kejahatan siber menjadi isu krusial yang menuntut adaptasi regulasi oleh otoritas.
- Kesenjangan Literasi Digital: Rendahnya literasi di masyarakat menjadi pemicu maraknya korban pinjaman online (pinjol) ilegal.
- Adaptasi Sumber Daya Manusia (SDM): Meskipun peran konvensional seperti teller mungkin berkurang, permintaan akan profesi baru seperti analis data dan software engineer akan meningkat tajam, menekankan pentingnya upskilling.
Fintech Bukan Pesaing, Melainkan Pemicu Kolaborasi
Menariknya, hasil penelitian Prof. Apriani berjudul “P2P Lending: How does it Affect Indonesian Bank’s Profitability” (Asian Journal of Accounting Research, 2025) menyimpulkan bahwa kehadiran fintech peer-to-peer (P2P) lending tidak secara langsung menurunkan profitabilitas bank.
“Hubungan ini lebih tepat dilihat sebagai kolaborasi, bukan persaingan,” ujar Prof. Apriani.
Fintech justru memicu bank untuk lebih memperkuat manajemen risiko kredit mereka, karena platform P2P cenderung melayani nasabah dengan profil risiko yang lebih tinggi.
Literasi Keuangan Kunci Hadapi Penipuan
Dalam sesi tanya jawab, kekhawatiran mahasiswa terfokus pada perlindungan data nasabah dan maraknya kasus kejahatan siber. Menanggapi hal ini, Prof. Apriani menekankan bahwa langkah preventif utama adalah peningkatan literasi keuangan dan digital masyarakat.
“Literasi adalah benteng pertama kita untuk menghindari penipuan dan kejahatan siber,” tegasnya.
Kuliah umum ini ditutup dengan harapan besar agar para mahasiswa Fakultas Ekonomi UKAW, sebagai calon pemimpin masa depan, dapat beradaptasi secara proaktif dan berkontribusi positif dalam menghadapi dinamika industri perbankan dan keuangan digital di Indonesia.
More Stories
Perpustakaan UKAW Kupang Ikuti Konferensi Internasional Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia ke-4 di Jakarta
UKAW Kupang dan SMK Kolbano Gelar Pelatihan Konstruksi Jaring Anakonda untuk Budidaya Rumput Laut di Perairan Sulit
Seminar Nasional UKAW Kupang Tekankan Integrasi Sains dan Sosial untuk Pendidikan yang Berkelanjutan