UKAW

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

Program OVOP Dorong Hilirisasi dan Keterlibatan Dunia Usaha di NTT

“Program ini harus dijalankan dengan komitmen semua pihak. Hanya dengan sinergi, hilirisasi bisa menjadi pendorong utama ekonomi lokal di NTT,” pungkas Dr. Frits.

Kupang, 4 Juni 2025 — Program One Village One Product (OVOP) yang menjadi salah satu program prioritas Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Melki Laka Lena, dinilai sebagai langkah strategis dalam mendorong hilirisasi komoditas lokal dan pembangunan ekonomi berbasis desa.

Dr. Frits Fanggidae, dosen Fakultas Ekonomi UKAW

Hal ini disampaikan oleh pengamat ekonomi NTT yang juga dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Dr. Frits Fanggidae. Menurutnya, OVOP sejatinya merupakan bentuk implementasi dari konsep hilirisasi yang bertujuan meningkatkan nilai tambah produk lokal—baik hasil pertanian maupun kerajinan—dari bahan mentah menjadi produk setengah jadi atau barang jadi yang siap bersaing di pasar domestik hingga internasional.

“Inti dari OVOP adalah proses hilirisasi, yaitu mengolah komoditas lokal di setiap desa menjadi produk bernilai tambah tinggi. Setiap desa diharapkan memiliki minimal satu komoditas unggulan yang diolah dan dipasarkan secara luas,” jelasnya saat diwawancarai oleh POS-KUPANG.COM, Minggu (1/6/2025).

Ia menambahkan, bila hilirisasi dijalankan secara optimal, maka OVOP dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, membuka lapangan kerja, mengurangi angka pengangguran, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa.

Namun demikian, Dr. Frits mencatat bahwa pelaksanaan OVOP di NTT saat ini masih terlalu bergantung pada peran pemerintah. Padahal, menurutnya, idealnya hilirisasi dilakukan oleh dunia usaha—baik dalam hal pengolahan, manajemen produksi, hingga strategi pemasaran.

“Tantangan utama ke depan adalah bagaimana mendorong keterlibatan sektor swasta agar dapat mengambil alih dan mengembangkan model hilirisasi ini secara berkelanjutan. Pemerintah perlu menciptakan model yang kuat sebagai rujukan,” tegasnya.

Dalam konteks ini, literasi digital juga menjadi aspek penting yang harus diperhatikan. Dr. Frits menekankan perlunya sosialisasi dan pelatihan bagi pelaku usaha desa, khususnya generasi muda, untuk memanfaatkan teknologi digital dan platform e-commerce.

“Sebenarnya tidak sulit, karena banyak anak muda di desa sudah paham teknologi. Yang dibutuhkan adalah pendampingan dan pelatihan agar mereka dapat memasarkan produk unggulan desa ke pasar yang lebih luas, bahkan internasional,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya keberlanjutan program OVOP agar manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka panjang. Pemerintah diharapkan terus mendampingi desa-desa dalam pengembangan produk, memperkuat infrastruktur pendukung, dan menjalin kolaborasi dengan sektor swasta.

“Program ini harus dijalankan dengan komitmen semua pihak. Hanya dengan sinergi, hilirisasi bisa menjadi pendorong utama ekonomi lokal di NTT,” pungkas Dr. Frits.

Dengan pendekatan yang tepat, OVOP berpeluang besar menjadi model pembangunan ekonomi desa yang inklusif, berkelanjutan, dan mampu mengangkat potensi lokal NTT ke tingkat nasional dan global.

Sumber: Disadur dari berita Pos Kupang: https://kupang.tribunnews.com/2025/06/03/program-ovop-dorong-hilirisasi-dan-keterlibatan-dunia-usaha

Share