Kupang, 22 Mei 2025 – Dalam rangka memperingati 1700 tahun Konsili Nicea, Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang melalui Program Pascasarjana Teologi menggelar Seminar Nasional bertajuk “1700 Tahun Konsili Nicea”. Kegiatan ini menjadi ajang pembelajaran dan refleksi teologis lintas denominasi atas tonggak sejarah Kekristenan yang berlangsung pada tahun 325 Masehi di kota Nicea, yang kini dikenal sebagai İznik di Turki.
Seminar ini diselenggarakan secara hybrid, menggabungkan kehadiran langsung di ruang Alfa UKAW Kupang dan partisipasi daring melalui platform Zoom. Ratusan peserta hadir dari berbagai latar belakang: mahasiswa dan dosen pascasarjana, tokoh gereja, ketua sinode, klasis, pendeta jemaat, serta masyarakat umum dari berbagai wilayah di Indonesia.

Seminar dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor IV UKAW, Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, yang mewakili Rektor UKAW, Prof. Dr. Ir. Godlief F. Neonufa, M.T. Dalam sambutannya, Pdt. Mesakh menyampaikan apresiasi kepada para narasumber dan panitia, serta menegaskan bahwa refleksi atas Konsili Nicea merupakan bagian penting dari kontribusi teologi publik dalam konteks Indonesia kontemporer.
“Seminar ini bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi juga ruang publik lintas denominasi dan lintas perspektif yang relevan untuk mendorong transformasi pemikiran teologis yang kontekstual, profetik, dan memberdayakan,” ujar Pdt. Mesakh.
Seminar menghadirkan tiga narasumber nasional dari tiga latar belakang gerejawi dan akademik:
- Pdt. Dr. Eben Nubantimo – Dosen Progdi Ilmu Pendidikan Teologi FKIP UKAW dan mantan Ketua Majelis Sinode GMIT, membawakan materi berjudul “Warisan Konstruktif dan Destruktif Konsili Nicea bagi Protestantisme di Abad Ini”.
Dalam paparannya, Dr. Nubantimo menjelaskan bahwa Konsili Nisea tidak hanya mewariskan fondasi doktrinal yang kuat, tetapi juga jejak relasi gereja dan kekuasaan yang perlu dikritisi. Ia menyoroti bagaimana Konsili menjadi tempat persilangan antara kekuasaan politik Kaisar Konstantinus dan pencarian akan kebenaran teologis. - Prof. Dr. Rahel Iwamoni – Guru Besar Teologi dari Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), mengangkat tema “Perspektif Feminis terhadap Warisan Konsili Nisea bagi Keadilan Gender Masa Kini”.
Ia menyampaikan bahwa pengakuan iman hasil Konsili Nisea sarat dengan bahasa yang maskulin dan androsentris. Dengan pendekatan teologi feminis, Prof. Iwamoni menekankan perlunya reinterpretasi terhadap simbol dan istilah teologis agar lebih inklusif, adil gender, dan menjangkau semua umat secara setara. - MGR. Dr. Paulus Budi Kleden, SVD – Uskup Agung Ende sekaligus Dosen di IFTK Ledalero, berbicara mengenai “Warisan Konsili Nicea bagi Relasi Ekumenis Gereja-gereja Sedunia dan di NTT”.
Mgr. Budi menyoroti pentingnya Konsili Nisea sebagai dasar persatuan iman bagi gereja-gereja Kristen. Ia mengangkat istilah ekumenisme darah, di mana kesaksian iman umat Kristen melampaui sekat denominasi, dan mengajak semua gereja untuk memperkuat solidaritas dan kesaksian bersama di tengah dunia yang terluka.

Seminar ini dimoderatori oleh Pdt. Dr. Mary Kolimon, dosen Program Pascasajana Progdi Teologi UKAW dan mantan Ketua Majelis Sinode GMIT. Dalam pengantarnya, ia menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya upaya mengingat sejarah, tetapi juga merawat ingatan teologis bersama untuk membangun pemikiran gereja yang kontekstual dan transformatif.
“Kita mengangkat warisan 1700 tahun yang lalu, bukan sekadar untuk dikenang, tetapi untuk dikritisi dan diperbarui dalam terang kebutuhan gereja dan masyarakat masa kini,” ungkap Pdt. Kolimon.
Seminar turut dihadiri secara daring oleh perwakilan sinode gereja anggota PGI, mahasiswa STT, dosen dari berbagai institusi, serta jemaat umum dari berbagai kota di Indonesia. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa pembukaan oleh Pdt. Vivi Lai Leinusa, serta pemutaran video dokumenter sejarah Konsili Nisea.
Dalam sesi akhir, peserta diajak menyaksikan refleksi narasumber dalam bentuk diskusi panel. Para pembicara menanggapi pertanyaan dari peserta baik secara luring maupun daring, termasuk dari kalangan mahasiswa dan teolog muda.


















Panitia seminar merupakan mahasiswa semester 2 Program Pascasarjana Teologi UKAW. Mereka bertanggung jawab atas seluruh rangkaian acara, termasuk produksi video dokumenter, pengelolaan teknis hybrid, dan dokumentasi kegiatan.
Melalui seminar ini, UKAW Kupang menegaskan perannya sebagai rumah belajar lintas iman dan lintas gereja yang membuka ruang dialog dan refleksi kritis. Peringatan 1700 tahun Konsili Nisea menjadi pengingat bahwa gereja tidak boleh lepas dari sejarahnya, namun juga harus terus membaca ulang sejarah tersebut dalam terang keadilan, kesetaraan, dan tanggung jawab sosial.
“Apa yang dimulai di Nicea 1700 tahun lalu, hari ini kita renungkan ulang demi masa depan gereja yang lebih terbuka, adil, dan bersatu,” tutup Pdt. Kolimon.
More Stories
Perpustakaan UKAW Kupang Ikuti Konferensi Internasional Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia ke-4 di Jakarta
UKAW Kupang dan SMK Kolbano Gelar Pelatihan Konstruksi Jaring Anakonda untuk Budidaya Rumput Laut di Perairan Sulit
Seminar Nasional UKAW Kupang Tekankan Integrasi Sains dan Sosial untuk Pendidikan yang Berkelanjutan