Hama belalang di pulau Sumba beberapa tahun terakhir cukup meresahkan. Akibatnya lahan pertanian atau perkebunan warga terimbas.
Rektor Universitas Kristen Artha Wacana atau UKAW Kupang Prof Godlief Neonufa punya saran untuk mengurai masalah itu. Prof Godlief bahkan menyebut nama itu bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomis.
Pola yang digunakan selama ini dengan seminar ataupun hanya sekedar pembicaraan, baginya tidak akan menyelesaikan masalah itu.
“Saya sudah analisis. Berat kering, kecenderungan protein kalau belalang kering itu 62 persen. Memang ini bukan baik, karena kita tidak makan. Tapi di negara lain makan ini barang,” kata dia, Kamis, 25 Januari 2024.
Ia lalu mengamati bahan yang dikonsumsi belalang. Dedaunan yang dimakan hama ini disimpan dalam tubuhnya.
Tanaman yang dimakan itu sudah diolah. Menjadi pertanyaan, cara untuk mengambil kembali bahan dimakan itu.
Kondisi itu, kata dia, Prof Godlief kemudian menawarkan konsep untuk mengolah hama itu menjadi sebuah makanan bagi ternak.
Dia menyarankan pembuatan pelet untuk makanan bagi ikan atau ayam. Bahan perekat pembuatan, akan menggunakan sisa batang pisang.
“Kita campur, mainkan dengan mesin pelet. Ada komposisi, jadi itu saya ajak,” kata dia.
Untuk membangun ekosistem pemasaran, Prof Godlief menyebut pulau Sumba sebagai daerah yang terserang hama, dijadikan daerah pemasok dan didistribusikan ke daerah lainnya di dalam wilayah NTT. Bagian ini, kehadiran Pemerintah menjadi penting lewat intervensi kebijakan.
Aturan itu akan mengikat, agar pasokan makanan ikan, ayam maupun ternak lainnya didatangkan dari Sumba, dan tidak lagi dari daerah diluar NTT. Baginya, tindakan seperti ini maka harus dilakukan.
Sisi lain, Prof Godlief juga mengungkapkan, agar pengelolaan lahan pertanian di daerah itu tidak lagi berfokus di tanaman seperti jagung atau padi yang cenderung terkena dampak dari hama belalang ini.
“Belakang kan makan dedaunan, kita ganti saja tanamannya. Ubah saja, konversi itu menjadi area tanaman rimpang,” sebut dia.
Sehingga, ia menyarankan jenis tanaman diganti. Tanaman rimpang seperti jahe, kunyit dan lainnya menjadi pilihan. Sekalipun daunnya dimakan belalang, dampak yang ditimbulkan tidak begitu besar.
Tanaman jenis ini juga bisa digunakan atau dijual ke industri yang kini sudah ada. Adapun pemerintah juga harus hadir memberi kebijakan dalam kondisi ini.
Dia berharap, belalang yang ada tidak disemprot pestisida bila ingin dilakukan tindaklanjuti lebih jauh. (fan)
(sumber: https://kupang.tribunnews.com/2024/01/27/saran-rektor-ukaw-kupang-urai-hama-belalang-di-sumbantt)
More Stories
Mahasiswa UKAW Lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Tahun 2024
Rapat Terbuka Senat Universitas Kristen Arta Wacana Luluskan 501 Mahasiswa
Mahasiswa KBPM UKAW 2024 Hadir di SMAN 2 Kupang Tengah; Sebagai Motivator Pendidikan dalam Sosialisasi “Peran Pendidikan dalam Pembangunan Daerah”