
Pose bersama Ketua LP3M, peserta dan panitia
WARTA PJKR | KUPANG – Komitmen untuk meningkatkan kualitas dan akuntabilitas penelitian dosen di Institut Pendidikan Soe (IPS) terus diperkuat. Salah satunya ditandai dengan kembali dipercayakannya Dr. Jusuf Blegur, S.Pd., M.Pd., peneliti dari Universitas Kristen Artha Wacana sebagai reviewer Monitoring dan Evaluasi (Monev) Penelitian Dosen Pemula (PDP) dan Pengabdian Pada Masyarakat dalam program Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM), Kemeterian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Tahun Anggaran 2025 pada tanggal 13 Oktober 2025.
Penunjukan ini tercantum dalam Surat Permohonan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) IPS yang ditandatangani oleh Ketua LP3M, Marince I. Leo, S.Pd., M.Si., dengan nomor surat 021/LP3M/IP-SOE/X/2025.
Dalam kegiatan Monev online yang dilaksanakan sebagai bagian dari siklus penjaminan mutu. Empat peneliti IPS dievaluasi atas penelitian dan pengabdian mereka yang telah memperoleh pendanaan hibah tahun 2025. Keempat Ibu/Bapak dosen tim tersebut adalah:
- Netty J. M. Gella, S.Pd., M.Si., dan tim dengan penelitian berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Geometri berbantuan GeoGebra Augmented Reality dengan Model PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa.”
- Rensani Taloin, S.Pd., M.Si., dan tim mengusung riset “Efektivitas Biosorpsi Menggunakan Trichoderma Viride dalam Menanggulangi Pencemaran Limbah Medis Rumah Sakit.”
- Figinus K. Dawi, S.Pd., M.Pd., dan tim membawa gagasan “Permainan Tradisional ‘Sagu Alu’ sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Meningkatkan Life Skills Siswa Sekolah Dasar.”
- Alfonsa M. Abi, S.Pd., M.Pd., dan tim dengan kegiatan pengabdian berjudul “Etnomatematika dalam Canva: Pelatihan dan Pengembangan Desain Aktivitas Belajar Matematika Berbasis Permainan Tradisional untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SD Katolik Yaswari Benlutu.”
Dalam sambutannya saat membuka kegiatan Monev, Ketua IPS, Ared J. Bilik, S.T., M.Si., menekankan pentingnya upaya berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas SDM dosen agar mampu bersaing dalam skema-skema hibah nasional.
“Kami terus mempersiapkan kompetensi dosen agar bisa berkompetisi dalam hibah nasional. Saat ini, memang belum banyak yang terlibat karena sekitar 30 dosen masih dalam proses menyelesaikan studi doktoralnya. Harapannya, mereka bisa selesai tahun 2026 dan mulai bersaing pada tahun 2027 untuk menambah jumlah hibah yang diraih institusi,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa kehadiran Jusuf Blegur sebagai reviewer merupakan langkah strategis untuk memberikan masukan yang tidak hanya kritis, tetapi juga konstruktif terhadap pelaksanaan penelitian dan luaran yang dihasilkan.
“Kami berharap kolaborasi ini terus berlanjut. Melalui pendampingan yang konsisten, para dosen akan terbimbing untuk menghasilkan proposal dan publikasi berkualitas, sehingga metrik kampus juga ikut meningkat.”

Senada dengan hal tersebut, Ketua LP3M, Marince I. Leo, menegaskan bahwa kegiatan Monev merupakan bentuk konkret dari sistem penjaminan mutu internal yang harus dijalankan dengan konsisten.
“Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menilai sejauh mana progres pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat oleh para dosen. Apakah pelaksanaannya sesuai dengan usulan dan panduan yang berlaku? Ini bukan hanya soal kepatuhan administratif, tapi juga upaya memastikan bahwa luaran dapat lebih optimal,” ujarnya.
Marince juga menyampaikan apresiasi kepada para dosen yang telah menunjukkan komitmen dalam menyelesaikan hibah penelitian dan pengabdian mereka. Ia menekankan bahwa hasil dari riset-riset tersebut bukan hanya bermanfaat bagi institusi dan mahasiswa, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat secara luas.
“Dedikasi dan kerja keras Bapak/Ibu dosen akan berpengaruh besar pada mutu pendidikan. Terlebih jika inovasi yang dihasilkan dapat menjawab persoalan di masyarakat,” tambahnya.

Dalam sesi evaluasi, Jusuf Blegur, dosen Universitas Kristen Artha Wacana, memberikan penekanan penting kepada seluruh peneliti untuk memegang teguh komitmen dan janji luaran seperti yang telah dituliskan dalam proposal yang diajukan.
“Monev bukan hanya proses administratif, tetapi cerminan integritas peneliti terhadap proposalnya. Janji-janji seperti publikasi pada jurnal Sinta 1-3, penerbitan buku ISBN, hingga perolehan HaKI, harus terealisasi sebagaimana yang diajukan,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa Monev ini harus dilihat sebagai momen refleksi, bukan akhir dari proses penelitian.
“Saya mengapresiasi Bapak/Ibu peneliti yang berhasil lolos dalam hibah tahun ini. Namun, ini bukan tujuan akhir, melainkan awal dari peningkatan kualitas penelitian ke tahap yang lebih tinggi. Jadikan ini sebagai titik tolak untuk memperbaiki mutu penulisan proposal dan publikasi secara berkelanjutan,” ujarnya.
Jusuf juga mengingatkan agar publikasi yang dilakukan tetap sesuai dengan tema proposal yang didanai, karena sering ditemukan ketidaksesuaian antara output dan tema penelitian.
“Kadang peneliti tergoda mengganti fokus atau output, padahal konsistensi sangat penting. Pemerintah sudah membantu kita memiliki peta jalan (road map) penelitian. Tinggal bagaimana peneliti menjaga komitmennya pada bidang keilmuannya agar secara bertahap bisa menjadi pakar.”
Lebih jauh, Jusuf mendorong para dosen untuk menggunakan hasil penelitian saat ini sebagai tangga karir untuk pengembangan skema penelitian ke depan—baik yang bersifat dasar, terapan, maupun pengembangan.
“Lihat peluang dari hasil penelitian Bapak/Ibu sekarang. Bagaimana mengembangkannya ke skim yang lebih tinggi, bagaimana tetap menjaga relevansi, dan yang terpenting, bagaimana membangun budaya akademik yang produktif dan kolaboratif,” katanya.
Ia menambahkan bahwa perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini menuntut para peneliti untuk tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki integritas dan etika dalam riset.
“Melalui pengalaman penelitian dan publikasi, kita harus mengasah kompetensi kritis dan kreatif kita dengan cara-cara yang analitis. Penelitian bukan sekadar kewajiban administratif, tapi sarana memecahkan masalah-masalah riil yang kita, mahasiswa, maupun masyarakat alami.”

Dengan terlaksananya kegiatan Monev ini, diharapkan para dosen peneliti IPS semakin menyadari pentingnya perencanaan yang matang, pelaksanaan yang sistematis, serta pelaporan dan diseminasi hasil yang akuntabel. Selain itu, peran reviewer internal seperti Jusuf Blegur diharapkan dapat terus dioptimalkan untuk membina, mengarahkan, dan menjaga kualitas hasil-hasil penelitian dosen muda di lingkungan IPS.
Kegiatan ini juga menjadi sinyal bahwa IPS sedang bergerak maju menuju institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya unggul dalam pengajaran, tetapi juga dalam riset dan pengabdian masyarakat.
Sebagai penutup, Marince kembali menegaskan pentingnya momentum ini untuk dimaksimalkan para dosen.
“Monev ini adalah forum yang tidak hanya mengevaluasi, tapi juga menyelesaikan masalah. Gunakan kesempatan ini untuk menyempurnakan laporan akhir dan memastikan seluruh target tercapai. Kami percaya, dengan semangat kolaboratif, IPS bisa lebih baik ke depannya.”