
Pose bersama pada acara pembukaan (Sabtu, 24/05/2025)
WARTA PJKR | KUPANG – Kebijakan kurikulum pendidikan nasional saat ini telah memberikan proporsi yang tinggi terhadap kebutuhan pengalaman belajar yang berpusat terhadap mahasiswa. Dapat kita cermati dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) khususnya pada IKU ke tujuh yang mengamanatkan kelas belajar yang aktif dan kolaboratif. Pun demikian pada peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 17 Tahun 2024 tentang Standar untuk Memperoleh Status Terakreditasi Unggul bagi Program Studi yang tercakup dalam Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan. Syarat perlu kedua, yakni Kurikulum (Input), menggarisbawahi bahwa Program studi melakukan asesmen pencapaian Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) berdasarkan capaian hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah sebagai bagian dari Outcome Based Education (OBE), mengevaluasi hasilnya, dan menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut.
Salah satu model pembelajaran yang berbasis pada OBE ialah Project–Based Learning (PjBL). Pengalaman belajar mahasiswa pada PjBL memberikan kewenangan kepada mahasiswa untuk menyelesaikan proyek-proyek pendidikan dan/atau pembelajaran dan sebagainya sebagai bentuk aktualisasi pengembangan potensi diri secara simultan dalam suatu kelompok mikro. Misalnya diawali dengan mahasiswa menentukan pertanyaan mendasar dalam proyeknya, mendesain perencanaan proyek yang akuntabel, menyusun jadwal penyelesaian proyek, memantau dan mengevaluasi pengalaman belajar dan perkembangan penyelesaian proyek, memverifikasi dan menguji hasil proyek, dan mengevaluasi pengalaman belajar mahasiswa selama menyelesaikan proyek.
Melihat signifikansi PjBL dalam mendukung pemenuhan kompetensi lulusan serta terpenuhinya IKU 7, serta memperbesar peluang pemenuhan syarat perlu Program studi untuk mendukung akreditasi Unggul. Maka, Program studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi memandang penting untuk memutakhirkan keterampilan Ibu/Bapak dosen melalui “Pelatihan Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester Project–Based Learning”. Pelatihan ini dilaksanakan pada Sabtu, 24 Mei 2025 di Aula Gedung Alfa, Universitas Kristen Artha Wacana dengan melibatkan seluruh dosen program studi.

Saat membuka kegiatan, Anggreini D. N. Rupidara, selaku Dekan FKIP sekaligus salah satu fasilitator mengapresiasi pelatihan ini. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya berguna untuk melengkapi dokumen atau persyaratan pembukaan Program Pascasarjana Magister Pendidikan Jasmani. Tetapi kegiatan ini juga memberikan makna positif yang mendukung kelengkapan untuk akreditasi Program studi PJKR. Saya sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang Prodi prakarsai untuk mendukung pengembangan Prodi itu sendiri. Apalagi saat ini kita dihadapkan dengan sistem akreditasi yang baru, di mana terdapat akreditasi unggul tiga tahun dan unggul lima tahun. Selain itu, akreditasi baru dilengkapi dengan syarat perlu, termasuk di dalamnya sumber daya dan kurikulum pendidikan itu perlu diperhatikan dengan baik.
“Kegiatan ini sangat mendukung pengembangan Prodi, karena telah menginisiasi suatu langkah maju melalui pelatihan penyusunan lesson plan atau Rencana Pembelajaran Semester Project–based Learning (PjBL). Kesempatan berharga ini harus dipergunakan dengan baik agar kita semua dapat memperbaiki rumusan rencana pembelajaran yang berbasis ada proyek-proyek pendidikan yang dikontekstualisasikan dengan jenjang pendidikan mahasiswa. Pak Jusuf akan membantu kita agar bersama-sama menyusun langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung penerapan kurikulum Outcome-based Education (OBE). Tentu lesson plan tersebut merujuk pada Capaian Pembelajaran Lulusan dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah,” papar Eni.
Mantan Kaprodi Biologi tersebut juga mendorong tim kerja Program studi Pendidikan Jasmani agar segera menyelesaikan lessonplan wajib inti program studi agar dalam waktu dekat ini mengajukan berkas permohonan pembukaan Prodi ke pemerintah. Eni juga menitipkan agar hasil akhir dari kegiatan ini, khususnya kepada Ibu/Bapak dosen yang akan mengajar di Program PPs menyelesaikan dan mengirimkan berkas RPS-nya kepada tim kerja agar segera di finalisasi dokumennya. Di samping itu, tim kerja juga mulai mengumpulkan berbagai dokumen syarat lainnya, termasuk ijazah dan transkrip nilai, riwayat hidup, KTP, dokumen Sistem Penjaminan Mutu Internal dan sebagainya. Dengan bekerja secara otonomi dan bertanggung jawab, maka asa kita untuk membuka PPs Pendidikan Jasmani menjadi lebih cepat terealisasi untuk kepentingan kita bersama.

Berlanjut pada presentasi materi, Eni mengajak Ibu/Bapak dosen untuk mendiskusikan model pembelajaran berbasis proyek menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Model ini mengedepankan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang diberikan tantangan kepada peserta didik yang terkait dengan kebutuhan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok. Dosen memfasilitasi konteks pembelajaran mahasiswa melalui pertanyaan dan masalah otentik dalam praktik dunia nyata sehingga menjadi pengalaman belajar mahasiswa lebih komprehensif, mendalam, dan juga bermakna selama mereka menghasilkan produk atau menyelesaikan proyek tertentu.
Masih berpautan dengan materi sebelumnya, Dekan FKIP itu juga mendiskusikan relevansi model PjBL dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Melalui model PjBL, mahasiswa dilatih untuk bekerja secara kolaboratif, berpikir kritis, serta mengembangkan keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah. Bersamaan dengan itu, IKU 7 menekankan pentingnya pembelajaran yang kolaboratif dan partisipatif dalam proses perkuliahan. Denga demikian, PjBL secara langsung mendukung capaian IKU 7 karena sifatnya yang menuntut kerja sama tim, diskusi aktif, dan keterlibatan mahasiswa dalam proses belajar. Penerapan PjBL dalam berbagai mata kuliah akan meningkatkan proporsi kelas yang memenuhi kriteria IKU 7.
Lebih dari sekadar capaian administratif, implementasi PjBL mendorong transformasi pembelajaran yang lebih relevan dan kontekstual. Mahasiswa memperoleh pengalaman belajar yang aplikatif dan terhubung langsung dengan tantangan di dunia nyata. Hal ini juga sejalan dengan semangat Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), yang menekankan penguatan capaian kompetensi dan kesiapan kerja lulusan. Sebut saja, dalam konteks PPs, Maupun mahasiswa mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuan pendidikan jasmani secara sistematis melalui pendekatan inter atau multidisipliner. Mencermati kompetensi tersebut, maka PjBL merupakan model pembelajaran yang strategis dan efektif dalam mendukung peningkatan mutu pendidikan tinggi dan capaian IKU 7.

Jusuf Blegur selaku fasilitator kedua sekaligus Koordinator Kurikulum pada Tim Kerja Program Magister Pendidikan Jasmani menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai tindak lanjut dari hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan sebelumnya. Mereferensi pada hasil analisis kebutuhan, tim kerja menetapkan Kompetensi Lulusan, Profil Lulusan, Capaian Pembelajaran Lulusan, Capaian Pembelajaran Mata Kuliah, dan Matriks Kurikulum. Saat ini, tim mengundang Ibu/Bapak dosen untuk bersama-sama menyemai Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah yang berbasis Project-based Learning (PjBL) sebagai pemenuhan amanah Kepmendikbud-Ristek Nomor 210/M/2023, Permendikbud-Ristek 53 tahun 2023, serta syarat perlu akreditasi unggul sesuai Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 17 Tahun 2024.
Jusuf juga menggarisbawahi tujuan pelatihan ini untuk membantu Ibu/Bapak dosen menalar Sub-CPKM sesuai CPMK dan CPL untuk merealisasi pemenuhan standar kompetensi lulusan. Saat ini telah banyak alat bantu teknologi yang membantu dosen mengefisiensi menyelesaikan pekerjaannya (termasuk chatGTP). Namun jangan sampai kemudahan teknologi tersebut membuat kita terjebak dalam perilaku pragmatis, tanpa mengidentifikasi dan menyeleksi secara kritis informasi dan data dari output teknologi tersebut. Diskusi kita saat ini sebagai proses kolaboratif yang akuntabel dari Ibu/Bapak dosen untuk memutakhirkan penalaran dan keterampilannya dalam merancang Sub-CPMK, menetapkan bahan kajian dan indikator-indikator perilaku belajar, serta menyeleksi model pembelajaran yang kompatibel (termasuk PjBL) guna mendukung tercapainya Sub-CPMK dan CPMK.
Tambah Jusuf, PjBL menjadi salah satu andalan pembelajaran masa kini karena terbukti mampu memfasilitasi mahasiswa dengan pembelajaran berpikir tingkat tinggi. Mahasiswa distimulasi untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang kontekstual, mengevaluasi berbagai solusi dari berbagai publikasi dan/atau best practice, serta berupaya memproduksi gagasan dan/atau produk baru untuk mengatasi permasalahan tertentu. Sintaks model PjBL juga memberikan otonomi yang luas kepada mahasiswa untuk membuat keputusan terhadap tujuan dan metode belajarnya yang reflektif terhadap masa depan, baik secara mandiri maupun berkelompok, mengeksplorasi berbagai sumber informasi kredibel, serta mengembangkan pertanyaan kritis yang mendalam untuk memandu penyelidikannya.
Jusuf juga menyoroti manfaat lain dari PjBL yang dapat mengampanyekan pengalaman belajar kolaborasi dan komunikasi yang bermakna di kalangan mahasiswa. Untuk menyelesaikan proyek secara efektif dan efisien, mereka mendiskusikan dan mengomunikasikan ide secara logis, mendengar dan menyintesis gagasan, menyepakati strategi kerja kelompok, serta menganalisis dan merevisi hasil kerja bersama. Kelas yang kolaboratif dan partisipatif demikian memfasilitasi pemahaman mendalam dan refleksi mahasiswa. Proyek-proyek yang diselesaikan tentu harus berkaitan dengan dunia nyata, sehingga mereka mudah mengorelasikan materi perkuliahan dengan konteks nyata yang membuat pembelajaran lebih relevan dan bermakna, lebih kreatif dan fleksibel terhadap kemajuan pengetahuan dan teknologi, serta solusi yang dipercakapkan lebih nyata.
“Pada bagian asesmen, mahasiswa ditantang untuk menyelesaikan masalah kompleks, bukan sekadar menghafal atau menjawab soal yang lebih temporal. Asesmen berlangsung secara longitudinal berbarengan dengan pengerjaan proyek mahasiswa yang memungkinkan dosen menerapkan asesmen autentik dan progresif yang berbasis kinerja dan produk. Mengoptimalisasi pedoman observasi yang berbasis pemecahan masalah serta menyediakan umpan balik formatif yang spesifik dan mendalam. Hal ini jelas memberikan ruang kepada dosen agar selalu mengorientasi mahasiswanya kepada tujuan perkuliahan, indikator kinerja, dan asesmen yang digunakan dalam penilaian hasil belajar, serta penggunaan PjBL. Memungkinkan mahasiswa untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap setiap kemajuan belajarnya,” tutup alumnus Universitas Pendidikan Indonesia tersebut.
Berbagai diskusi dari pengalaman-pengalaman praktis Ibu/Bapak dosen memperkaya pemutakhiran informasi perumusan Sub-CPMK dan juga proses aplikasi PjBL dalam mendukung ketercapaian tujuannya. Penentuan bahan kajian atau materi jangan sampai keluar apalagi tidak mendukung ketercapaian pembelajaran yang telah ditetapkan. Misalnya dengan Sub-CPMK “Mahasiswa mampu merumuskan tujuan pembelajaran berbasis life skills melalui analisis hasil penelitian dan publikasi ilmiah yang berintegritas pada jurnal, buku, dan prosiding seminar secara berkelompok maupun mandiri.” Maka dosen menciptakan pengalaman belajar mahasiswanya untuk terlibat dalam proses telaah berbagai tujuan pembelajaran berbasis life skills dari publikasi ilmiah, bukan sebaliknya dosen yang mengajarkan mereka tentang tujuan pembelajaran berbasis life skills.
Undangan yang hadir dalam pelatihan yaitu Andreas J. F. Lumba, Robert Tetikay, Magdalena R. P. Wasak, Lukas M. Boleng, Ramona M. Mae, Andry Sinlaeloe, Fredik E. Nope, dan Christin P. M. Rajagukguk. Sedangkan undangan lainnya belum berkesempatan hadir karena berbagai kesibukan.